Total Tayangan Halaman

Senin, 27 Desember 2010

PERAN PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK


BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah

Sesuai dengan UU tentang Sistem Pendidikan Nasional no.20 tahun 2003, yang tercantum dalam Bab 1 pasal 1 menyatakan bahwa, pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam Bab IV pasal 7 juga disebutkan bahwa orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya.

Dilihat dari pengertian tersebut diatas, jelas bahwa pendidikan merupakan faktor utama dalam melatih dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Dalam pendidikan juga dibentuk suatu kepribadian dan kecerdasan sebagai suatu bentuk dari hasil belajar. Namun dalam pendidikan bukan hanya faktor tenaga pendidik yang berperan, tapi faktor dari keluargalah yang menjadi sangat penting. Karena dari keluargalah awal dari pembentukan watak peserta didik.

Pendidikan keluarga adalah proses transformasi perilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial terkecil dalam masyarakat (http://notok2001.blogspot.com). Pendidikan keluarga juga dapat diartikan sebagai suatu pendidikan dasar dan awal peletak dari sistem pendidikan yang harus diajarkan pada anak sebagai awal tumbuhnya pengetahuan dan pembentuk watak anak.

Pendidikan keluarga memegang peranan penting untuk memenuhi kebutuhan akan semangat, dorongan, dan motivasi. Tanpa itu semua, peserta didik dalam proses pembelajaran akan mengalami kesulitan yang berupa ketidak nyamanan dalam belajar, serta kurangnya semangat dalam mengikuti pembelajaran.

Pendidikan keluarga merupakan upaya dasar dalam menanamkan pendidikan dasar sebelum memasuki pendidikan formal di suatu lembaga pendidikan atau sekolah. Dasar-dasar dari pembentukan semangat, motivasi, serta pola pikir peserta didik akan dibentuk pertama kali dalam lingkup keluarga.

Di dalam pendidikan keluarga juga ditanamkan sebuah motivasi yang nantinya akan berpengaruh terhadap kehidupan dan hubungan sosial anak. Motivasi diartikan sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentudan yang memberi arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut (Sugihartono,dkk, 2007: 20).

Didalam lingkungan sekolah atau perguruan tinggi, belum tentu didapatkan sebuah motivasi, semangat, dan dorongan bagi para peserta didik, dikarenakan banyak perbedaan sifat dan kepribadian masing-masing peserta didik. Peserta didik akan lebih termotivasi dan terdorong untuk belajar dan berprestasi apabila ada dukungan  dari orang terdekat  dan lebih mengenal setiap potensi dari peserta didik itu sendiri, dalam hal ini yaitu orang tua. Pengembangan potensi peserta didik tidak akan tereksplor, jika tidak ada dorongan dari keluarga. Hubungan keluarga yang kurang harmonis dan suasana rumah yang dirasa kurang nyaman, akan menyebabkan sikap yang kurang komunikatif yang ditunjukan oleh peserta didik. Kurangnya perhatian dan adanya tekanan dari orang tua juga akan menyebabkan peserta didik mengalami rasa keterasingan di lingkungan sekolah.

Adanya pendidikan keluarga yang diberikan pada peserta didik, diharapkan mampu mengembangkam seluruh potensi dan kemampuan peserta didik, karena orang tua akan lebih memahami apa yang menjadi potensi dalam diri anak atau peserta didik. Peserta didik juga diharapkan akan lebih berperan aktif dan lebih partisipatif dalam setiap proses pembelajaran yang dilakukan di lingkungan sekolah atau perguruan tinggi. Adanya semangat dalam mengikuti setiap pembelajaran juga sangat diharapkan bisa terjadi dengan adanya motivasi dari orang tua, karena motivasi merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

  1. Identifikasi Masalah

1.      Kurangnya motivasi yang diberikan oleh tenaga pendidik, dikarenakan banyaknya sifat yang bermacam-macam dari peserta didik.
2.      Tidak adanya motivasi yang diberikan oleh keluarga dapat menurunkan semangat belajar peserta didik.
3.      Pengembangan potensi peserta didik tidak akan tereksplor, jika tidak ada dorongan dari keluarga atau orang tua.
4.      Hubungan keluarga yang kurang harmonis atau suasana rumah yang kurang nyaman, akan menyebabkan sikap kurang komunikatif yang ditunjukan oleh peserta didik.
5.      Kurangnya perhatian dan adanya tekanan dari orang tua akan menyebabkan peserta didik mengalami perasaan keterasingan di lingkungan sekolah.

  1. Batasan Masalah

Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis hanya membatasi pada bagaimana peran pendidikan keluarga dalam peningkatan motivasi dan prestasi belajar peserta didik, agar peserta didik lebih mempunyai motivasi dan semangat dalam mengembangkan semua minat dan potensi dari dalam dirinya, serta dapat bersosialisasi dengan baik di lingkungan sekolah.
 
  1. Rumusan Masalah

1.      Bagaimana hubungan pendidikan keluarga dengan peningkatan motivasi dan prestasi belajar peserta didik?
2.      Apakah sebab dan dampak kurangnya motivasi belajar peserta didik?
3.      Bagaimana peran orang tua dalam memberi motivasi peserta didik?

  1. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui :
1.      Hubungan pendidikan keluarga dengan peningkatan motivasi dan prestasi belajar peserta didik.
2.      Sebab dan dampak kurangnya motivasi belajar peserta didik.
3.      Peran orang tua dalam memberi motivasi peserta didik

  1. Manfaat Penulisan

1.      Bagi peserta didik
a.       Akan lebih semangat dan termotivasi dalam kegiatan pembelajaran, karena adanya dorongan dan dukungan dari orang tua.
b.      Menjadi lebih komunikatif dan aktif dalam mengikuti pembelajaran.
c.       Potensi dan kemampuan peserta didik akan lebih tereksplor dan terbentuk dengan baik.
2.      Bagi orang tua
a.       Dapat memahami apa yang menjadi kebutuhan anak berkaitan dengan peningkatan motivasi dan prestasi.
b.      Selalu mendidik dan memberikan perhatian kepada anak.
c.       Menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam mendidik dan memberi pelajaran moral kepada anak.

3.      Bagi pendidik
a.       Dalam kegiatan belajar mengajar, suasana yang diciptakan akan menjadi lebih hidup, karena peserta didik lebih memberi suatu kontribusi aktif.
b.      Komunikasi yang terjalin antara peserta didik dengan pendidik akan semakin akrab.
c.       Lebih mudah mengembangkan setiap potensi dan ketrampilan dari peserta didik, karena sudah terbentuk sebelumnya dari pendidikan keluarga yang diberikan oleh orang tua.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

  1. Konsep Pendidikan Keluarga
Keluarga merupakan bagian yang paling penting dari “jaringan sosial” anak, sebab anggota keluarga merupakan lingkungan pertama anak dan orang yang paling penting selama tahun-tahun formatif awal (Elizabeth B.Hurlock, 1987: 200). Pengertian pendidikan keluarga adalah proses transformasi perilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial terkecil dalam masyarakat (http://notok2001.blogspot.com).

Awal pembentukan komunikasi dimulai dari keluarga. Hubungan sosial di luar juga dibentuk pertama kali oleh keluarga. Bagaimana sikap anak dan bagaimana anak menjalin suatu komunikasi diluar rumah sangat dipengaruhi oleh bagaimana orang tua mengajarkan pendidikan di dalam lingkungan keluarganya.

Dalam buku The National Studi on Family Strength, Nick dan De Frain (dalam http://notok2001.blogspot.com) mengemukakan beberapa hal tentang pegangan menuju hubungan  keluarga yang sehat dan bahagia, yaitu :
1.         Terciptanya kehidupan beragama dalam keluarga.
2.         Tersedianya waktu untuk bersama keluarga.
3.         Interaksi segitiga antara ayah, ibu, dan anak.
4.         Saling menghargai dalam interaksi ayah, ibu, dan anak.
5.         Keluarga selalu menjadi prioritas utama dalam setiap situasi dan kondisi.

 Menurut Hasbullah (2006: 88), keluarga memberikan suatu sumbangan bagi pendidikan anak adalah sebagai berikut :
1.         Orang tua melatih anak untuk menguasai cara-cara mengurus diri, karena hal tersebut akan sangat berkaitan erat pada diri anak dengan perkembangan dirinya sebagai pribadi.
2.         Sikap orang tua sangat mempengaruhi perkembangan anak. Sikap-sikap dari orang tua inilah yang nantinya sangat berpengaruh terhadap reaksi emosional anak.

  1. Konsep Motivasi dan Prestasi
1.      Konsep Motivasi
Menurut Mc. Donald dalam Oemar Hamalik (2001: 158), motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Hamzah B. Uno (2006: 1), motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakan seseorang bertingkah laku. Dari kedua pendapat tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan motivasi adalah perubahan energi dari seseorang yang menggerakan perasaan dan reaksi seseorang bertingkah laku atau melakukan suatu kegiatan.

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2007: 381-382), motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan luar diri individu. Terhadap tenaga-tenaga tersebut beberapa ahli memberikan istilah yang berbeda, seperti desakan atau drive, motif atau motive, kebutuhan atau need, dan keinginan atau wish. Desakan (drive) diartikan sebagai dorongan yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan –kebutuhan jasmaniah. Motif (motive) adalah dorongan yang terarah kepada pemenuhan kebutuhan psikis atau rohaniah. Kebutuhan (need) merupakan suatu keadaan dimana individu merasakan adanya kekurangan atau ketiadaan sasuatu yang diperlukannya. Keinginan (wish) adalah harapan untuk mendapatkan atau memiliki sesuatu.

F.J.Mönks, dkk, (2002: 190), mengemukakan bahwa suatu motivasi (motif) mempunyai 3 macam unsur :
a.         Motif mendorong terus, berhubungan dengan pemberian energi pada suatu tingkah laku (merupakan dasar energetik).
b.         Motif menyeleksi tingkah laku, berhubungan dengan penentuan arah apa yang yang akan dan tidak akan dilakukan.
c.         Motif mengatur tingkah laku, berhubungan dengan sikap yang konsisten, artinya jika sudah memilih salah satu arah perbuatan, maka arah itu akan tetap dipertahankan.

2.      Konsep Prestasi Belajar
Winkel (1996) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan salah satu bukti yang menunjukkan kemampuan atau keberhasilan seseorang yang melakukan proses belajar sesuai dengan bobot/nilai yang berhasil diraihnya. Sedangkan menurut S. Nasution (1996) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan kesempurnaan seorang peserta didik dalam berpikir, merasa dan berbuat (http://www.anneahira.com). Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah kesempurnaan peserta didik dalam berpikir, merasa, dan berbuat yang menghasilkan bobot/nilai yang berhasil diraih sesuai dengan kemampuannya.
Dalam prestasi belajar peserta didik, ada banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya faktor internal dan eksternal. Dalam http://www.anneahira.com dijelaskan mengenai faktor internal dan eksternal, yaitu :
a.       Faktor internal
Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar selain bakat dan kecerdasan antara lain adalah; minat dan motivasi. Ketika keempat faktor ini ada dalam diri seorang peserta didik maka prestasi belajarnya cenderung akan lebih tinggi.
b.      Faktor eksternal
Faktor eksternal seperti kualitas guru, metode mengajar, lingkungan, fasilitas mengajar dan lain sebagainya ikut mempengaruhi prestasi belajar. Namun, pengaruhnya tidaklah sebesar faktor internal.




BAB III
PEMBAHASAN

  1. Hubungan Pendidikan Keluarga dengan Peningkatan Motivasi dan Prestasi Peserta Didik

Pendidikan keluarga memang sangat memegang peranan penting bagi tumbuhnya motivasi, semangat, dan dorongan yang nantinya akan berpengaruh pada meningkatnya prestasi belajar peserta didik. Orang tua akan selalu mengajarkan banyak pengetahuan yang nantinya menjadi bekal untuk bersosialisasi dengan lingkungan yang baru  di luar lingkungan keluarga.

Peningkatan prestasi belajar peserta didik sangat berhubungan dengan adanya pendidikan keluarga. Saling keterkaitan tersebut dapat dilihat dari adanya peningkatan dan penurunan prestasi belajar peserta didik. Eccles, Wigfield, dan Schiefele (1998, dalam John W. Santrock, 2008: 532) mengemukakan bahwa, telah dilakukan riset tentang hubungan antara parenting dengan motivasi peserta didik. Studi-studi tersebut mengkaji karakteristik demografis, praktik pengasuhan anak, dan provisi pengalaman spesifik di rumah.

Karakteristik demografis, orang tua yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan sangat memungkinkan terlibat dalam pendidikan anak. Mereka akan lebih berpartisipasi dan memberikan kontribusi kepada pendidikan anak dan pemberian stimulus di rumah. Namun, apabila waktu mereka lebih banyak dihabiskan untuk orang lain atau hal-hal lain dari pada untuk anaknya, motivasi dari peserta didik akan menurun tajam dan berpengaruh pada prestasi peserta didik. Sehingga, perhatian dari orang tua memang sangat mempengaruhi peningkatan prestasi belajar peserta didik.

Praktik pengasuhan anak, merupakan faktor penting juga dalam peningkatan motivasi dan prestasi peserta didik. John W. Santrock (2008: 533), berikut ini beberapa praktik parenting positif yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi :
1.      Mengenal betul anak dan memberi tantangan serta dukungan dalam kadar yang tepat.
2.      Memberikan iklim emosional yang positif, yang memotivasi anak untuk menginternalisasikan nilai dan tujuan orang tua.
3.      Menjadi model perilaku yang memberi motivasi, seperti : bekerja keras dan gigih menghadapi tantangan.
Provisi pengalaman spesifik di rumah, memberikan kontribusi kepada peserta didik untuk lebih termotivasi. Membacakan buku-buku atau memberikan materi bacaan kepada peserta didik dapat memberikan efek positif dan meningkatknya prestasi dan motivasi peserta didik.

Ketiga penjelasan diatas dapat dijadikan tolok ukur betapa pendidikan keluarga sangat erat kaitannya dengan peningkatan motivasi dan prestasi belajar peserta didik. Peran orang tua menjadi dominasi bagi berkembangnya setiap kemampuan dan potensi anak, serta berhubungan pula dengan bagaimana hubungan sosial yang akan dijalin peserta didik dengan orang lain di luar lingkungan keluarganya.

  1. Sebab dan Dampak Kurangnya Motivasi Belajar
1.      Sebab Kurangnya Motivasi Belajar

Penyebab pertama dari besar kecilnya motivasi belajar peserta didik adalah suasan kelas dan kondisi emosional. Kondisi emosional peserta didik sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan kemampuan berfikir, ketrampilan, bahkan keseluruhan pribadi peserta didik. Suasana kelas yang kondusif, hubungan antar teman yang akrab, dan perlakuan guru yang bersahabat juga dapat membangkitkan motivasi belajar. Apabila kondisi yang dihadapi peserta didik berlawanan dengan kondisi tersebut, maka motivasi belajar tidak akan muncul.

Penyebab yang kedua datang dari keluarga. Orang tua dalam lingkungan keluarga masing-masing berperan untuk menciptakan suasana yang kondusif di rumah bagi anak, menyediakan sarana dan fasilitas belajar yang dibutuhkan oleh peserta didik. Keluarga juga harus memberikan dukungan social dan emosional bagi peserta didik. Dukungan social dapat berupa menjalin hubungan yang akrab dan bersahabat, serta tidak ada tekanan dalam keluarga. Dukungan emosional berarti dengan memberikan perhatian dan kasih sayang secara wajar dan adil, tidak berlebihan dan cenderung memanjakan.

Disamping faktor-faktor diatas, kondisi kesehatan, baik kesehatan jasmani dan rohani juga menjadi dasar kuat tumbuhnya motivasi belajar. Apabila kondisi pribadi peserta didik kurang sehat, maka akan menumbuhkan kondisi social yang kurang sehat pula, dan dapat menjadi pangkal dari rendahnya motivasi untuk maju dan motivasi untuk berprestasi (Nana Syaodih Sukmadinata, 2007: 391).
2.      Dampak Kurangnya Motivasi Belajar

Perilaku peserta didik sangat dipengaruhi oleh adanya suatu motivasi atau dorongan. Dorongan tersebut bisa berasal dari dalam dan luar diri individu atau peserta didik. Dorongan dari dalam, misalnya datang dari diri peserta didik sendiri yang berupa rasa malas, jenuh, dan sebagainya. Dorongan dari luar dapat berupa ajakan dari teman-teman untuk bermain.

Dorongan tersebut merupakan dorongan yang lebih bersifat negative, namun sebenarnya ada pula dorongan yang sifatnya positif, seperti semangat atau motivasi. Dalam hal ini, tergantung peserta didik akan mengikuti dorongan yang mana. Kaitannya dengan belajar, dorongan atau desakan sangat berpengaruh. Apabila dorongan yang diberikan oleh salah satu sumber motivasi yaitu orang tua kurang, maka peserta didik akan menunjukan perilaku yang negative.

Banyak bentuk perilaku yang menunjukan indikasi kurangnya motivasi belajar pada peserta didik. Nana Syaodih Sukmadinata (2007: 388), mengelompokan bentuk-bentuk perilaku kurang motivasi pada peserta didik menjadi 4 kelompok, yaitu:
a.       Kelesuan dan ketidakberdayaan, seperti: malas, enggan, lambat bekerja, mengulur waktu, pekerjaan tidak selesai, kurang konsentrasi, acuh tak acuh, apatis, sikap jasmani yang kurang baik, perasaan pusing-pusing, mual, mengantuk, dan sebagainya.
b.      Penghindaran atau pelarian diri, seperti: absen dari sekolah, bolos, tidak mengikuti pelajaran tertentu, tidak mengerjakan tugas, tidak mencatat, pelupa, dan sebagainya.
c.       Penentangan, seperti: kenakalan, suka mengganggu, merusak, tidak menyukai suatu pelajaran atau kegiatan, mengkritik, berdalih, dan sebagainya.
d.      Kompensasi, seperti: mencari kesibukan lain diluar pelajaran, mengerjakan tugas lain pada waktu belajar, mendahulukan pekerjaan yang tidak penting, dan sebagainya.

Dampak dari kurangnya motivasi belajar sangat mempengaruhi setiap prestasi yang ditunjukan oleh peserta didik. Kurangnya motivasi akan berdampak pada rasa malas dan jenuh yang nantinya akan mempengaruhi juga terhadap hubungan antar peserta didik lain.
  1. Peran Orang Tua dalam Memberi Motivasi Peserta Didik

Orang tua merupakan lingkungan pertama yang memberikan suatu semangat atau motivasi pada peserta didik. Dari keluargalah peserta didik dapat menemukan bimbingan dan pengajaran yang pertama dan dasar mengenai sikap, watak, dan tingkah laku. Jadi, peran orang tua dalam hal pemberian motivasi adalah pondasi awal dari pendidikan keluarga yang diberikan.

Berikut ini adalah beberapa cara praktis yang dapat dilakukan orangtua untuk meningkatkan motivasi anak di sekolah (Schunk, Pintrich, & Meece, 208, dalam http://rahaj3n9.wordpress.com) :
1.         Menciptakan iklim rumah yang mendukung anak untuk belajar, dengan cara orang tua memberikan berbagai fasilitas yang mendukung anak untuk kegiatan belajar, sehingga secara tidak langsung akan menstimulasi rasa ingin tahu peserta didik.
2.         Menyediakan waktu yang cukup untuk terlibat dalam kegiatan belajar anak, artinya orang tua memberikan perhatian kepada peserta didik dan menjalin komunikasi serta interaksi yang baik dengan anak. Dengan cara seperti itu, secara tidak langsung dapat memberikan motivasi yang sangat besar terhadap peserta didik.
3.         Memberikan penghargaan serta respon positif terhadap prestasi anak, artinya selalu mendukung dan memberi hal-hal yang menyenangkan terhadap setiap prestasi yang ditunjukan oleh anak, misalnya : memberi hadiah kepada anak jika mereka menorehkan prestasi. Hal tersebut juga sangat berperan penting dalam pemberian motivasi dan peningkatan prestasi belajar anak.
4.         Mendidik anak secara demokratis, dalam hal ini orang tua tidak boleh membatasi setiap keinginan anak dalam rangka pengembangan potensi yang dimiliki anak, setiap bentuk pengekangan dan pembatasan yang diberikan orang tua justru akan mematikan motivasi anak. Sehingga, membebaskan anak untuk berkembang akan cenderung meningkatkan motivasinya.






BAB IV
PENUTUP

  1. Kesimpulan

Pada bagian penutup karya ilmiah ini, penulis ingin memberikan beberapa kesimpulan, berdasarkan apa yang telah penulis uraikan di atas. Pendidikan keluarga sangat memegang peranan penting bagi tumbuhnya motivasi, semangat, dan dorongan yang berpengaruh pula terhadap peningkatan prestasi belajar pada peserta didik. Keluarga dan motivasi merupakan sesuatau yang saling berkaitan dan berhubungan satu sama lain, sehingga memang harus ada keseimbangan dari dua faktor tersebut.

Kurangnya perhatian dari orang tua mengenai pendidikan keluarga, dapat menyebabkan peserta didik menjadi kurang semangat dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran di sekolah. Mereka cenderung mengedepankan sikap yang apatis dan keadaan emosionalnya pun akan mengalami ketidakstabilan. Dampaknya, peserta didik akan menunjukan bentuk perilaku yang mengindikasikan adanya faktor kurangnya motivasi, seperti : kelesuan atau ketidakberdayaan, penghindaran atau pelarian diri, penentangan, dan kompensasi.

Perilaku peserta didik yang demikian, sangat menuntut peran orang tua dalam pemberian motivasi yang optimal dan perhatian yang lebih terhadap peserta didik. Bentuk upaya yang dilakukan orang tua dalam pemberian motivasi kepada anak atau peserta didik antara lain :
1.         Selalu ciptakan iklim atau suasana rumah yang nyaman untuk belajar anak dengan cara memberikan fasilitas anak dalam belajar, sehingga motivasi anak akan tumbuh.
2.         Berikan waktu yang cukup untuk mendampingi anak belajar di rumah, karena apabila orang tua lebih banyak waktu di luar rumah dari pada di rumah, anak akan kehilangan suatu bentuk perhatian dari orang tuanya.
3.         Selalu berikan penghargaan dan respon positif terhadap prestasi anak, dengan pemberian penghargaan anak akan lebih termotivasi dalam belajar dan akan selalu semangat dalam belajar di rumah maupun di sekolah.
4.         Mendidik anak secara demokratis, jangan membatasi setiap potensi yang dimiliki anak, apabila orang tua selalu memberi batasan maka yang ada hanyalah rasa terkekang dan tidak berkembangnya potensi pada anak.

  1. Saran-saran

                                    Demikian karya ilmiah ini penulis buat, mungkin masih banyak kesalahan dan kekurangan karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan dari penulis. Secara terbuka penulis berharap  pada semua pihak untuk memberikan saran dan bimbingan bahkan kritik kepada penulis dalam penyusunan karya ilmiah yang selanjutnya. Kritik yang ada akan penulis tampung guna memperbaiki cara penulis dalam menulis sebuah karya ilmiah agar lebih sempurna dan dipertanggungjawabkan baik secara akademik  maupun secara non akademik.

 
DAFTAR PUSTAKA

Hamzah B. Uno.(2006).Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara

Hasbullah.(2006).Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Edisi Revisi 5.Jakarta: Raja Grafindo Persada

Hurlock, Elizabeth B.(2005).Perkembangan Anak Edisi Keenam.Jakarta: Erlangga

Mönks, F.J, dkk.(2002).Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Nana Syaodih Sukmadinata.(2007).Bimbingan dan Konseling dalam Praktek Mengembangkan Potensi dan Kepribadian Siswa.Bandung: Maestro

Oemar Hamalik.(2001).Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara

Santrock, John W.(2008).Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua.Jakarta: Kencana

Sugihartono,dkk.(2007).Psikologi Pendidikan.Yogyakarta: UNY Press

http://www.anneahira.com/pengertian-prestasi-belajar-menurut-para-ahli.htm, diakses pada tanggal 17 Desember 2010 jam 06.56 pm

http://notok2001.blogspot.com/2007/07/pendidikan-dalam-keluarga.html, diakses pada tanggal 17 Desember 2010  jam 06.57 pm

2 komentar:

  1. kekatahen,badhe maos dados radi males
    mbok sing radi pendek mawon..

    BalasHapus
  2. waduuwh mbak yu.. kuLo pengen eksis.. Hehew..

    BalasHapus